INILAH.COM, Jakarta - Dengan tubuh basah dan penuh lumpur, seekor anjing tampak membopong anjing lainnya di kawasan tsunami Sendai, Jepang. Inilah adegan mengharukan yang mengguncang YouTube.
Video seorang kameramen yang berhasil merekam seekor anjing membopong anjing lainnya yang terluka menjadi pembicaraan di internet. Padahal, tsunami dan gempa di kawasan Jepang sudah meluluhlantakkan bangunan dan membuat panik masyarakat. Ini menjadi pengingat akar evolusi anjing adalah sifat sosial mereka, ujar ahli evolusi biologi.
“Saya pikir ini merupakan kisah yang sangat penting karena ikatan tidak hanya muncul antara manusia dan anjing tetapi juga sesama anjing,” ujar Marc Bekoff, mantan profesor ekologi dan evolusi biologi di University of Colorado, Boulder.
Sebagai contoh, ujar Bekoff yang juga penggiat di Animal Behavior Society, beberapa organisasi penggiat kesejahteraan hewan selalu mengutip anekdot soal para anjing yang turut berduka jika sesama mereka kehilangan taring. Bekoff juga mengakui adanya ikatan kuat antara anjing dengan lainnya.
“Keindahan persahabatan hewan adalah mereka melampaui ikatan itu sendiri. Mereka memberikan bantuan timbal balik, memberikan pertahanan yang kuat, membersihkan luka sesama anjing, berbagi makanan, perawatan, dukungan dalam perkelahian, penghiburan dan menunjukkan kewaspadaan kepada yang lainnya,” kata primatolog Emory University, Frans de Waal, kepada Life Science.
Mereka melibatkan tindakan empati. Studi terbaru bahkan menunjukkan adanya empati di diri ayam dan tikus. “Kita dapat mengasumsikan itu sebagai kapasitas hidup yang sangat luas,” kata de Waal yang juga direktur Living Links Center.
Apa yang terjadi pada dua anjing di Sendai mungkin lebih dari sekadar ikatan tetapi juga melibatkan kepercayaan, komitmen dan sebuah hubungan emosional yang menguntungkan kedua belah pihak, kata de Waal lagi.
Untuk beberapa alasan, pembentukan budaya pada anjing hampir mirip dengan dunia manusia. Misalnya, cara makan dan kemampuan untuk berkelompok. Sejak anjing mengalami evolusi dari serigala, beberapa sikap sosial muncul di hewan tersebut. Anjing bahkan dianggap memiliki pengembangan sistem kognisi sosial, sama seperti manusia, dalam penelitian di jurnal Applied Animal Behavior Science pada 2003.
Kognisi pada manusia adalah kepercayaan seseorang tentang sesuatu yang didapatkan dari proses berpikir tentang seseorang atau sesuatu. Proses yang dilakukan adalah memperoleh pengetahuan dan memanipulasi pengetahuan melalui aktivitas mengingat, menganalisis, memahami, menilai, menalar, membayangkan dan berbahasa.
Kapasitas atau kemampuan kognisi biasa diartikan sebagai kecerdasan atau inteligensi. Bidang ilmu yang mempelajari kognisi beragam, di antaranya adalah psikologi, filsafat, komunikasi dan ilmu kecerdasan buatan.
Kucing dan anjing juga tampaknya memiliki hubungan yang ‘berbeda’ satu sama lain. Sebuah studi tentang interaksi kucing dan anjing yang hidup di bawah atap yang sama menemukan adanya pembentukan hubungan yang damai pada hewan tersebut. Tidak ada perbedaan jenis kelamin.
Penemuan pada 2008 di jurnal yang sama itu menyebutkan, “Mayoritas anjing dan kucing memahami bahasa tubuh tertentu yang ditampilkan satu binatang namun diartikan berbeda oleh spesies lain.”
Dua anjing di Sendai itu kini sudah diselamatkan. Menurut laporan Japan Eartquake Animal Rescue and Support, “Banyak di antara kita yang bertanya bagaimana nasib anjing yang terkenal di YouTube itu. Sejauh yang kami ketahui, mereka sudah diselamatkan dan aman di barak.” [mdr]
Video seorang kameramen yang berhasil merekam seekor anjing membopong anjing lainnya yang terluka menjadi pembicaraan di internet. Padahal, tsunami dan gempa di kawasan Jepang sudah meluluhlantakkan bangunan dan membuat panik masyarakat. Ini menjadi pengingat akar evolusi anjing adalah sifat sosial mereka, ujar ahli evolusi biologi.
“Saya pikir ini merupakan kisah yang sangat penting karena ikatan tidak hanya muncul antara manusia dan anjing tetapi juga sesama anjing,” ujar Marc Bekoff, mantan profesor ekologi dan evolusi biologi di University of Colorado, Boulder.
Sebagai contoh, ujar Bekoff yang juga penggiat di Animal Behavior Society, beberapa organisasi penggiat kesejahteraan hewan selalu mengutip anekdot soal para anjing yang turut berduka jika sesama mereka kehilangan taring. Bekoff juga mengakui adanya ikatan kuat antara anjing dengan lainnya.
“Keindahan persahabatan hewan adalah mereka melampaui ikatan itu sendiri. Mereka memberikan bantuan timbal balik, memberikan pertahanan yang kuat, membersihkan luka sesama anjing, berbagi makanan, perawatan, dukungan dalam perkelahian, penghiburan dan menunjukkan kewaspadaan kepada yang lainnya,” kata primatolog Emory University, Frans de Waal, kepada Life Science.
Mereka melibatkan tindakan empati. Studi terbaru bahkan menunjukkan adanya empati di diri ayam dan tikus. “Kita dapat mengasumsikan itu sebagai kapasitas hidup yang sangat luas,” kata de Waal yang juga direktur Living Links Center.
Apa yang terjadi pada dua anjing di Sendai mungkin lebih dari sekadar ikatan tetapi juga melibatkan kepercayaan, komitmen dan sebuah hubungan emosional yang menguntungkan kedua belah pihak, kata de Waal lagi.
Untuk beberapa alasan, pembentukan budaya pada anjing hampir mirip dengan dunia manusia. Misalnya, cara makan dan kemampuan untuk berkelompok. Sejak anjing mengalami evolusi dari serigala, beberapa sikap sosial muncul di hewan tersebut. Anjing bahkan dianggap memiliki pengembangan sistem kognisi sosial, sama seperti manusia, dalam penelitian di jurnal Applied Animal Behavior Science pada 2003.
Kognisi pada manusia adalah kepercayaan seseorang tentang sesuatu yang didapatkan dari proses berpikir tentang seseorang atau sesuatu. Proses yang dilakukan adalah memperoleh pengetahuan dan memanipulasi pengetahuan melalui aktivitas mengingat, menganalisis, memahami, menilai, menalar, membayangkan dan berbahasa.
Kapasitas atau kemampuan kognisi biasa diartikan sebagai kecerdasan atau inteligensi. Bidang ilmu yang mempelajari kognisi beragam, di antaranya adalah psikologi, filsafat, komunikasi dan ilmu kecerdasan buatan.
Kucing dan anjing juga tampaknya memiliki hubungan yang ‘berbeda’ satu sama lain. Sebuah studi tentang interaksi kucing dan anjing yang hidup di bawah atap yang sama menemukan adanya pembentukan hubungan yang damai pada hewan tersebut. Tidak ada perbedaan jenis kelamin.
Penemuan pada 2008 di jurnal yang sama itu menyebutkan, “Mayoritas anjing dan kucing memahami bahasa tubuh tertentu yang ditampilkan satu binatang namun diartikan berbeda oleh spesies lain.”
Dua anjing di Sendai itu kini sudah diselamatkan. Menurut laporan Japan Eartquake Animal Rescue and Support, “Banyak di antara kita yang bertanya bagaimana nasib anjing yang terkenal di YouTube itu. Sejauh yang kami ketahui, mereka sudah diselamatkan dan aman di barak.” [mdr]
1 komentar:
semoga di seluruh belahan dunia sadar akan kuasa Tuhan yang telah ditampakkan,,, jepang terkenal sebagai bangsa yang mahir dengan segala teknologi canggih, namun tak dapat berbuat apa2 ketika dihadapkan dengan kekuasaan Tuhan...
dua ekor anjing pun merasakan betapa besarnya kuasa Tuhan hingga mereka saling menolong untuk mempertahankan hidup... subhanalloh.....
Posting Komentar
"Perkataan yang bijak mengisyaratkan kebajikan"